Minggu, 21 April 2024

Lampu yang Mati

Semenjak kepulanganku; kurang lebih 6 bulan lamanya. Bisa terhitung oleh jariku, aku mematikan lampu kamar sebelum tertidur. 

Aku terlalu takut melakukan itu sendirian. 

Tetapi, patah hati yang pertama mengubah segalanya. Membuatku mati rasa akan rasa takut. Satu minggu lamanya semenjak perpisahan, aku mematikan lampu kamarku. Sederhana saja, aku berharap takkan pernah terbangun dalam tidurku. 

Sialnya, pagiku selalu terbangun dalam keadaan sulit membuka mata. Sangat sulit, sampai aku mencoba tertidur kembali; berharap pagi menjadi malam selalu. 

Dua minggu setelahnya, pelan-pelan rasa takutku kembali muncul. Aku kembali menghidupkan lampu kamar. Namun jika teringat kembali, rasa sedihku menguasai seisi kamarku, semuanya terasa gelap. Maka kuputuskan mematikan lampu kamarnya. Biarlah aku tertelan gelapnya malam itu. 

Sebetulnya aku tahu percis manfaat mematikan lampu selama tertidur. Selain takut akan gelapnya, sebenarnya aku juga takut terlalu nyaman. 

Ya, aku suka tidur dalam keadaan ruang yang gelap. Hanya saja sendiri, aku tak berani. Dan aku bisa se-nyaman itu jika tidur dalam keadaan gelap. Tak kenal waktu. 

Namun sebelum keberangkatanku, aku mau memuaskan diriku. Karena aku tau setelah ini kata 'nyaman' saat tertidur takkan pernah ada lagi. Untuk itu aku sudah berani mematikan lampu kamarku. Bagiku, itu bentuk sayang kepada diriku. 

Selamat malam, Jakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hai! Kasih aku kritik dan saran yah biar aku makin banyak belajar dan berkembang. Terima kasih^>^

Ulang

Perihal waktu, ada beberapa bagian hidup yang ingin ku ulang kembali.  Menikmati setiap detik yang berlalu, bahagia, tidak ada suara tangis ...