Rabu, 19 Januari 2022

14 Tahun Belakang

Malam Jakarta. Aku sedang rindu. Dengan seisinya juga.

Entah bagaimana jalan hidup membawa ku sejauh ini. Menjadi aku yang bukan aku. Membentuk aku yang bukan aku mau. Membawa pergi ragaku sejauh ini. Dan ku rasa, seperempat hatiku masih tertinggal di Jakarta.
~
Dulu aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan pergi sejauh mungkin. Sejauh yang aku bisa. Dan lihatlah sekarang. Tuhan mengabulkan celetukan ku itu dengan aku berada disini. Padahal aku tak sepenuhnya mau seperti itu, aku masih ingin tinggal. Tetapi janji tetaplah janji. Namun ini terlalu cepat bagiku.

Mungkin kepergianku ini untuk menyelamatkan diri dan jiwa ku yang mulai sekarat.

Aku dulu kritis.

Aku melihat tawa ku mulai memudar dan hatiku hampir mati. Harapku juga mulai menguap ke udara tanpa membentuk kembali.

Aku dulu kehilangan arah dan itu masih berlaku.

Jalan ini masih melaju dengan kencang dan nyaris meninggalkan ku di belakang tanpa satu angan untuk ku gapai.

Aku gemar menangis. Berkali-kali aku rasakan kehilangan. 

Yang paling parah, adalah kehilangan pertamaku. Kehilangan seseorang yang telah menghadirkanku ke dunia ini. Dia masih ada di bumi. Tapi aku hanya bisa menyentuhnya sampai usiaku 5 tahun saja. Tak lebih. Mungkin kulitnya yang mengkerut sekarang adalah saksinya.

Banyak keahlianku, tapi tidak saat melihat kepergiannya.

Rasa sakit ini tidak akan pernah hilang. Bekasnya 'kan dibawa sampai mati. Perihnya masih terasa sampai saat ini. Pikiranku melayang jauh, bertahun lamanya ia mampu hidup tanpaku darah dagingnya.
~
Sejak saat itu aku takut sepi. Yang biasanya tiap malam ada sosok itu disampingku menemani tidurku, kini tidak ada. Yang biasanya aku selalu tatap wajahnya dan ku memuji keindahannya, kini raganya tak ada. Yang biasanya ada tangan menggandengku saat berjalan, kini tidak ada.
~
Hidupku seperti palsu setelah itu. Aku harus bahagia meskipun hatiku masih sedih. Hatiku telah lama terbelah.
~
Aku tak butuh maaf. Aku hanya lupa akan pelukmu yang lama tak ku rasa.
~
Aku masih belum sembuh. Ini luka terlalu lama ku piara. Tak pernah ku tanyai kabarnya. Makin lama makin membiru. Aku telah berusaha sebisa ku. Jika ini harus ada selamanya, biarkan begini adanya. Aku tetap berdoa untukmu meski kita berjarak. 

Maka inilah aku yang tengah berusaha pulih. Sudah kewajibanku menjadi sembuh.
~

Kepada Yth. Semesta

     Bali, 19 Januari 2022


Ini aksaraku, untuk sang semesta.

Kawanku...

Aku berada di tempat dimana aku mau.

Kau tahu itu...

~

Dulu aku hampir mati terkapar,

kehilangan darah dan juga asa.

Tapi lihatlah sekarang,

aku mau mati karena tak percaya.

Percaya akan takdir ku yang dibuat jalannya mudah.

Aku sungguh tak percaya.

Benderang jalanku sepertinya.

Entahlah, ku tahu ini masih permulaan.

Namun ku harap, serta terang jalanku selalu dimana pun.

~

Dan Semesta ku kini semakin mendekat.

Layaknya ada daya tarik-menarik diantara kita.

Semakin hari semakin lekat.

Jadilah aku dibuatnya sahabat sejati.


Terimakasih, Semesta.


Salam Keajaiban


Ulang

Perihal waktu, ada beberapa bagian hidup yang ingin ku ulang kembali.  Menikmati setiap detik yang berlalu, bahagia, tidak ada suara tangis ...