Selasa, 14 September 2021

Dear AZ

`
Kau beruntung. Karena ku 'kan selalu meyayangimu hingga kapanpun. 

Meski kita telah kandas di tengah jalan. 

Kau banyak mengajariku banyak hal. Termasuk hal yang tidak penting sekaligus. 

Ku juga beruntung pernah mengenal dan memeluk dirimu. 

Meski itu hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup kita. 

Kita sama-sama benar. Dan juga sama-sama salah. 

Banyak yang mesti kita perbaiki di dalam diri kita. Agar kelak, salah kita sekarang tidak jadi salah di waktu nanti. 

Ku masih menyayangimu. Dan akan selalu begitu. 

Ku mengerti tidak akan pernah sanggup melupakan cokelat matamu. Indah, aku ingin selalu menatapnya. 

Biarkan ingatanku bekerja dengan sangat keras mengingat setiap detil tentangmu. Karena ku telah menghapus hal-hal yang berkaitan denganmu. 

Ku harus tetap berjalan ke depan tanpamu. Dan kau pun sama. 

Kau sangat tangguh, sungguh. Ku kagum pada berani, kuat dan dewasamu. 

Kita bukan lagi kita. Tapi kita pernah ada. 

Ku tak menampik jika ku cukup kesulitan menerima kenyataan bahwasanya ku harus melepas dirimu. 

Biarkan tulisan ini panjang adanya. Ini suara hatiku yang belum sempat terutarakan. 

Ku tak tahu bagaimana denganmu. Apakah kau sama sakitnya denganku? Sakit yang paling kita hindari seumur hidup. 

Ku tahu kau sudah sakit dan patah sebelumnya. Ku sempat menemani hari-hari sakitmu meski dari jauh. 

Namun maaf, ku hanya mampu menemanimu sampai di detik ku mengirim kalimat penyudahan. Ku juga sedang patah karenamu. Dan ku butuh menjauhimu. 

Dan sampai disinilah, ku dan kau. 

Masih banyak airmata yang ingin ku tumpahkan di bahumu. Namun ku telah terlanjur kecewa padamu. Bukan kau orangnya untuk saat ini. 

Maaf. Ku minta maaf tak bisa paham keadaanmu. Namun kau banyak salah juga. 

Terimakasih untuk semuanya. Untuk cerita yang kita buka dan akhirnya kita tutup bersama. 

Semoga kau mampu berubah menjadi versi terbaik dirimu. 



ps : (ku rindu kau menggaruk kasurmu). 

Sabtu, 11 September 2021

Kepada Terakhir; 6-9-21

Aku percaya jika aku sudah tidak mencintaimu. 
Tapi mengapa dadaku mendidih panas saat aku mengingatmu. Padahal aku hanya melihat sepintas bentuk badanmu di tubuh lain orang. 

Demi Tuhan aku sudah rela tak sejalan denganmu lagi. Tapi mengapa bayangmu tak pernah larut dalam ingatan. Padahal aku sudah berlari sekuat tenaga dari hari dimana kamu mengecewakanku. 

Aku sudah pergi. 

Begitu juga hatiku. 

Aku yakin satu saat kau 'kan membaca ini. Dan kamu benar, ini untukmu. 

Untukmu manusia apatis yang pernah ku kenal.

Untukmu manusia yang selalu menolak ajakan telepon dariku. 

Untukmu manusia yang tidak bisa diminta waktunya lebih dari waktu kerjanya. 

Jika kamu tahu ini adalah untukmu, ketahuilah bahwa kamu telah berhasil membuat hatiku hancur sejadi-jadinya karena kalimat menohokmu. 

Ku tahu itu tiada artinya bagimu. Tapi itu sangat melukai hatiku sangat dalam. 

Ketahuilah bahwa sampai aku menulis ini dadaku masih sesak kehabisan sisa sabar yang akarnya mulai mati. 

Aku sudah pergi. 

Namun aku tidak akan pernah lupa. 

Lupa akan sakit yang pernah kau tusuk dengan kalimat serta tindakan darimu yang ku rasa tidak berlandaskan perasaan, melainkan hanya kepentingan egomu yang mulai kehausan dan kelaparan. 






Ulang

Perihal waktu, ada beberapa bagian hidup yang ingin ku ulang kembali.  Menikmati setiap detik yang berlalu, bahagia, tidak ada suara tangis ...